Oleh: KH. Husein Zainal Muttaqin, Lc., M.Pd.I
Al-Qur`an telah mengubah peradaban
manusia sehingga pemeluknya menjadi pemimpin dunia hingga berabad-abad. Namun,
kondisi hari ini bertolak belakang dengan generasi pertama yang mengamalkan
al-Qur`an. Sebagai wahyu terakhir hingga hari Kiamat tentu kehadiran al-Qur`an diuji
untuk kembali memberikan kontribusinya yang positif terlebih pada bulan
Romadhon ini. Perubahan yang baik bagi umat Islam secara khusus dan dunia
secara umum tiada lain kecuali harus berlandaskan kepada al-Qur`an. Inilah yang
akan penulis urai dengan judul Menuju Perubahan dengan al-Qur`an.
Perubahan merupakan suatu
keniscayaan dalam kehidupan. Pemerintah Jokowi mengikrarkan adanya perubahan bangsa
Indonesia melalui revolusi mental. Tentu perubahan yang seharusnya dilakukan
oleh kaum muslimin adalah berdasarkan al-Qur`an. Perubahan bagi kaum muslimin
adalah perubahan dari kondisi yang buruk ke keadaan yang baik dan dari yang
baik ke keadaan yang lebih baik lagi. Momentum perubahan melalui al-Qur`an
lebih mengena dengan datangnya bulan Romadhon. Sebagaimana kita ketahui bahwa bulan
Romadhon adalah bulan diturunkannya al-Qur`an. Allah swt berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ
الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil).(QS Al-Baqarah : 185)
Romadhon bagi kaum Muslimin tidak
hanya sekedar diisi dengan rutinitas ibadah. Hadirnya Romadhon harus diikuti
dengan target yang hendak dicapai. Diantara capaian yang harus dimiliki oleh
kaum Mu`minin dari bulan Romadhon adalah adanya perubahan. Perubahan yang
hendak diwujudkan tentu harus berdasarkan al-Qur`an. Karena al-Qur`anlah yang
telah membawa perubahan yang positif dan signifikan bagi umat Islam secara
khusus dan dunia pada umumnya. Namun, kondisi umat Islam hari ini berbeda
dengan generasi sebelumnya yang mengalami perubahan dengan al-Qur`an.
Rasulullah shalla Alläh 'alaihi wa
sallam pernah mengadu kepada Allah mengenai perhatian umatnya terhadap
al-Quran. Dilukiskan dalam al-Qur`an:
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي
اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآَنَ مَهْجُورًا
Berkatalah
Rasul:"Ya Rabbku! Sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur'an ini
sesuatu yang ditinggalkan". (QS. 25:30)
Menarik apa yang dikemukakan
al-Dausari mengenai keluhan ini yang ia sebut sebagai syakwa 'azhiman
(keluhan yang sangat besar). Rasulullah shalla Alläh 'alaihi wa sallam tidak
mengeluh karena pengikutnya sedikit. Beliau tidak mengadu karena disiksa atau
ditinggalkan. Tetapi yang diadukan oleh Rasulullah shalla Alläh 'alaihi wa
sallam adalah perhatian umatnya terhadap al-Qur`an. Perhatian yang dikeluhkan
Rasulullah shalla Alläh 'alaihi wa sallam terhadap al-Qur`an ialah sikap Abu
Jahal dan kawan-kawannya yang menjauhi. Hari ini kiranya Rasulullah masih ada
tentu yang dikeluhkan adalah umat Islam yang menjauhi al-Qur`an. Padahal
kewajiban kita terhadap al-Qur`an itu harus diperhatikan dan ditunaikan.
Kewajiban kita terhadap al-Qur`an
ada yang secara umum dan ada yang rinci. Kewajiban secara umum adalah
sebagaimana sabda Rasulullah shalla Alläh 'alaihi wa sallam:
عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: الدِّينُ النَّصِيحَةُ، قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ
وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
Dari Tamim ad-Dari bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Agama itu adalah nasihat."
Kami bertanya, "Nasihat untuk siapa?" Beliau menjawab, "Untuk
Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan para pemimpin kaum muslimin, serta kaum awam
mereka. (Shahih Muslim: 82)
Berdasarkan
hadits ini kewajiban kita adalah al-Nashihat bagi Allah, Kitab-Nya,
Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin, dan kaum muslimin secara umum. Al-Nashihat
sering diterjemah di kalangan kita dengan nasihat. Karenanya agama hanya
cukup dinasihatkan. Padahal al-Nashihat secara ringkas adalah melakukan
sesuatu yang terbaik yang kita miliki. Maka kita harus melakukan yang terbaik
untuk al-Qur`an. Kalau kita akui perhatian kita terhadap al-Qur`an bukan yang
terbaik. Membaca al-Qur`an bukan waktu yang terbaik, tetapi waktu sisa. Ust. A.
Zakaria menggambarkan bahwa kita membaca al-Qur`an sepuluh menit saja sudah
mengantuk, sementara untuk mancing kuat sampai sepuluh jam.
Prof
Dr Syeikh Al-Dausari, menyebutkan ada beberapa kewajiban seorang muslim
terhadap Al-Quran, yaitu: pertama, al-Їmänu bih (mengimaninya); kedua, Shaunuh
wa al-'Inäyah bih (menjaga dan memperhatikannya); ketiga,
Simä'uh (mendengarkan); keempat, Ta'allumuh
wa Ta'lïmuh (belajar dan mengajarkannya); kelima, Tiläwatuhu (membacanya); keenam, Tadabbur äyätih (mentadabburi ayat-ayatnya); ketujuh,
al-'Amal bih (mengamalkannya); kedelapan, Hifzhuh (Menghapal); kesembilan,
al-Ta`addub Ma’ah (memperhatikan adab terhadap Al-Quran); Kesepuluh, al-Da'wah
ilaihi wa tablïghih (mengajak terhadapnya dana
menyampaikannya). Berbagai kewajiban ini oleh generasi para shahabat sangat
diperhatikan. Perhatian tersebut mendukung kepada perolehan hidayah. Mendengarkan
tidak sengaja saja telah menyebabkan bangsa Jin masuk Islam. Apalagi bila kita
mendengarkan al-Qur`an secara serius tentu hidayahnya akan semakin mendalam.
Hari ini berbagai fasilitas sangat canggih dan banyak untuk kita gunakan dalam
menunaikan kewajiban terhadap al-Qur`an. Namun, rupanya ini belum diperhatikan secara
serius oleh umat Islam sekarang. Seandainya Rasulullah shalla Alläh 'alaihi wa
sallam hidup sekarang tentu beliau akan merasa sedih. Melihat Abu Jahal saja dahulu
Rasulullah shalla Alläh 'alaihi wa sallam sudah sedih, apalagi melihat umatnya.
Bila
kondisi perhatian umat Islam terhadap al-Qur`an jauh maka dapat kita maklumi jika
tidak ada perubahan yang signifikan. Padahal al-Qur`an yang akan dapat merubah
manusia kepada kondisi yang lebih baik. Revolusi mental pun tidak akan
berpengaruh banyak bila tidak memperhatikan al-Qur`an. Dalam al-Qur`an
difirmankan:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآَنَ
يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ
الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
Sesungguhnya al-Qur'an ini
memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira
kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar, (QS. 17:9)
Dalam
hadits digambarkan mengenai kesempurnaan al-Qur`an:
عَنْ ابْنِ أَخِي الْحَارِثِ الْأَعْوَرِ
عَنْ الْحَارِثِ قَالَ مَرَرْتُ
فِي الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ يَخُوضُونَ فِي الْأَحَادِيثِ فَدَخَلْتُ عَلَى عَلِيٍّ
فَقُلْتُ: يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ أَلَا تَرَى أَنَّ النَّاسَ قَدْ خَاضُوا فِي
الْأَحَادِيثِ؟ قَالَ: وَقَدْ فَعَلُوهَا، قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ: أَمَا إِنِّي قَدْ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: أَلَا إِنَّهَا
سَتَكُونُ فِتْنَةٌ، فَقُلْتُ: مَا الْمَخْرَجُ مِنْهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ:
كِتَابُ اللَّهِ، فِيهِ نَبَأُ مَا كَانَ قَبْلَكُمْ وَخَبَرُ مَا بَعْدَكُمْ وَحُكْمُ
مَا بَيْنَكُمْ وَهُوَ الْفَصْلُ لَيْسَ بِالْهَزْلِ مَنْ تَرَكَهُ مِنْ جَبَّارٍ قَصَمَهُ
اللَّهُ وَمَنْ ابْتَغَى الْهُدَى فِي غَيْرِهِ أَضَلَّهُ اللَّهُ وَهُوَ حَبْلُ اللَّهِ
الْمَتِينُ وَهُوَ الذِّكْرُ الْحَكِيمُ وَهُوَ الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيمُ هُوَ الَّذِي
لَا تَزِيغُ بِهِ الْأَهْوَاءُ وَلَا تَلْتَبِسُ بِهِ الْأَلْسِنَةُ وَلَا يَشْبَعُ
مِنْهُ الْعُلَمَاءُ وَلَا يَخْلَقُ عَلَى كَثْرَةِ الرَّدِّ وَلَا تَنْقَضِي عَجَائِبُهُ
هُوَ الَّذِي لَمْ تَنْتَهِ الْجِنُّ إِذْ سَمِعَتْهُ حَتَّى قَالُوا { إِنَّا سَمِعْنَا
قُرْآنًا عَجَبًا يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ } مَنْ قَالَ بِهِ
صَدَقَ وَمَنْ عَمِلَ بِهِ أُجِرَ وَمَنْ حَكَمَ بِهِ عَدَلَ وَمَنْ دَعَا إِلَيْهِ
هَدَى إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ خُذْهَا إِلَيْكَ يَا أَعْوَرُ
Dari
Ibnu Akhi Al Harits Al A'war dari Al Harits ia berkata; "Aku pernah lewat
masjid, sedangkan orang-orang tengah larut dalam pembicaraan yang bathil, lalu
aku menemui Ali, aku berkata; "Wahai Amirul Mukminin, apa anda tidak
melihat orang-orang tengah larut dalam pembicaraan yang bathil (dengan
mengabaikan membaca Al Qur'an -pent)?, " Ali bertanya; "Apakah mereka
telah melakukannya?" Aku menjawab; "Ya." Ali berkata;
"Ingatlah, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Ingatlah, sesungguhnya akan terjadi fitnah." Lalu aku
bertanya; "Bagaimana solusinya wahai Rasulullah?" Beliau menjawab:
"Kitab Allah, di dalamnya ada kisah tentang peristiwa sebelum kalian, dan
setelah kalian, hukum perkara diantara kalian, ia adalah (firman) yang
memisahkan (antara yang hak dan yang bathil), bukan senda gurau, barangsiapa
meninggalkannya karena bersikap sombong maka Allah akan membinasakannya, dan
barangsiapa mencari petunjuk pada selainnya maka Allah akan menyesatkannya, ia
adalah tali Allah yang kokoh, ia adalah peringatan yang bijaksana, ia adalah
jalan yang lurus, dengannya keinginan-keinginan tidak akan menyimpang dan
dengannya lisan-lisan tidak akan samar, ulama tidak pernah puas darinya, tidak
usang meski sering diulang-ulang dan keajaiban-keajaibannya tidak kunjung
habis, ia juga yang menyebabkan jin-jin tidak berhenti mendengarnya hingga
mereka berkata; "Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur`an yang
menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman
kepadanya." (Al-Jinn: 1-2), barangsiapa berkata dengannya maka ia benar,
barangsiapa mengamalkannya maka ia diberi pahala, barangsiapa memutuskan
perkara dengannya maka ia adil dan barangsiapa menyeru kepadanya maka ia diberi
petunjuk menuju jalan yang lurus, ambillah ia untukmu, wahai A'war. (Sunan
Tirmidzi: 2831)
Al-Khalidi menjelaskan mengenai
empat tujuan utama diturunkannya al-Quran, yaitu: yang pertama, al-Hidäyah ilä Alläh (mengenal Allah Swt). Tidak
berlebihan bila disebutkan bahwa al-Qur`an dari awal sampai akhir
memperkenalkan Allah swt. Dalam al-Qur`an dijelaskan mengenai Nama, Sifat,
Dzat, Perintah, Larangan, dan berbagai hal terkait Allah swt. Dalam Surat
al-Fatihah saja kita perhatikan menjelaskan mengenai nama Allah, al-Rahman,
al-Rahim, Malik yaum al-Din dan lain sebagainya. Dengan demikian tidak mungkin
kita melakukan perubahan yang positif bila tidak mengenal Allah swt. Bila tidak
mengenal Allah maka tidak akan ada perubahan yang berarti. Yang kedua, Їjad syakhshiyyah Islämiyah mutakämilah mutawäzinah (Mewujudkan kepribadian Islami yang
paripurna dan seimbang). Kepribadian yang diwujudkan Islam adalah yang
seimbang, bukan parsial. Perubahan yang ingin dicapai Islam adalah secara
pribadi dan masyarakat, ibadah dan dunia, dunia dan akhirat. 'Aqidah, ibadah,
dan sosial muslim harus baik. Pemikiran dan perasaan, keluarga dan ummat pun
harus diperhatikan. Yang ketiga, Їjad mujtama al-Islämi al-Qur`äni al-ashïl (mewujudkan masyarakat Islami yang Qur`ani
dan asli). Setelah terwujud pribadi muslim sejati maka akan terwujud
masyarakat yang berkualitas tinggi dan orisinil. Masyarakat muslim yang
terbentuk adalah asli berdasarkan al-Qur`an, bukan menjiplak dan meniru yang
lain. Umat Islam hari ini sebagaimana dilukiskan al-Hadits adalah banyak tetapi
ka gutsä`i al-sail (seperti buih di air yang deras).
Mentalitas muslim hari seperti gutsä`. Gutsä` berarti khiffat al-wazn (hampa)
tidak berkualitas, tidak berbobot; dan yang kedua berarti 'Adam al-Tayyär (tidak punya arah), tergantung yang
meniup. Umat Islam hari ini tidak mempunyai arah. Bila mengamalkan al-Qur`an
maka ia akan menjadi masyarakat berkualitas yang orisinil. Yang Keempat, Qiyädah al-ummah muslimah fi
ma’rakatihal läzimah ma'a al-jähiliyyah min hauliha (Kepemimpinan umat Islam dalam
berbagai pertarungan dengan jahiliyah
yang ada di sekitarnya). Bila masyarakat Islam telah terwujud maka ia akan
menjadi teladan dan idola bagi yang lain. Dalam syarah Ihya 'Ulum al-Din
disebutkan bahwa ketika Eropa belum tahu tata cara bersuci dan mandi, umat
Islam sudah membahas adanya adab dalam harga yang beda ketika memakai fasilitas
air panas dan dingin. Manakala umat Islam menerapkan al-Qur`an maka ia akan
menjadi pemimpin dunia.
Tahap perubahan yang dianjurkan
adalah memulai dari diri sendiri dan keluarga. Dalam al-Qur`an difirmankan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ
مَا يُؤْمَرُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(QS. 66:6)
Hendaklah
setiap muslim mencemaskan dirinya, dan keluarganya. Janganlah ia dan
keluarganya meninggalkan Al-Quran, kurang perhatian terhadap Al-Quran, tidak
mempelajari, tidak mau mendengarkan, tidak membaca, tidak mau menghapal.Tidak
akan terjadi perubahan kearah yang baik, tanpa kembali kepada Al-Quran.
Dalam menuju
perubahan melalui al-Qur`an kita harus
mempunyai semangat dan rasa bahagia karena telah dimudahkan. Allah berfirman:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآَنَ لِلذِّكْرِ
فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
Sungguh Kami telah menjadikan Al-Quran
mudah untuk dijadikan pelajaran, apakah ada yang mau mengambil pelajaran? (QS Al-Qamar, 17, 22, 32, 40)
Bila
melihat penafsiran para ulama tentang mudahnya al-Qur`an adalah yang pertama
dalam lafadnya. Lafad al-Qur`an mudah untuk dibaca. Sebagai Kitab akhir zaman
maka al-Qur`an harus dapat dibaca oleh seluruh umat manusia. Al-Qur`an
satu-satunya Kitab yang mudah dibaca oleh seluruh dunia. Yang hafal al-Qur`an
bukan orang Arab saja. Orang Cina, orang Indonesia, Eropa dan lain sebagainya
hafal al-Qur`an. Bila hari ini masih ada yang susah membaca atau yang jelek
melafalkan al-Qur`an maka bukan salah al-Qur`an akan tetapi orang tersebut yang
tidak mau belajar. Perkara mudah pun bila tidak mau belajar maka tidak akan
dikuasai. Lafad al-Qur`an pun mudah untuk dihafal. Beberapa waktu yang lalu
kita mendengar ada pejabat yang tidak hafal Pancasila. Tentu ini tidak terjadi
pada umat Islam. Sebodoh-bodohnya muslim pasti hafal Surat al-Fatihah. Begitupula
makna al-Qur`an mudah untuk difahami. Jadi tidak ada alasan untuk tidak
mengenal al-Qur`an. Tinggal pertanyaan selanjutnya adalah apakah kita sudah
memperhatikan al-Qur`an dengan baik dalam membaca, memahami, menghafal, dan
mengamalkannya?.
Begini Seharusnya PERSIS menyajikan artikel mubahatsah/ materi. Bukan hanya berita. Kedepan bisa disajikan materi/ video/ audio dakwah. (Asep Rahmat)
BalasHapus